Model instrumen yang dipetik sebelum jaman Renesans  (1450-1600) sangatlah beragam. Wajar saja kalau kita sering dibuat  bingung oleh nama-nama yang berlainan untuk sebuah instrumen yang sama,  atau sebaliknya, keaneka-ragaman instrumen yang berasal dari instrumen  yang sama.
 
Kondisi ini ditunjang lagi oleh terbatasnya informasi  yang tidak jarang berhias dongeng-dongeng maupun mitos-mitos. Sebagai  ilustrasi dapat kita lihat pada kisah Apollo dan Hermes berikut ini.  Alkisah Hermes mengambil sapi-sapi milik Apollo. Dalam perjalanan pulang  Hermes melihat seekor penyu. Iapun menangkap dan mengulitinya serta  mengambil tempurungnya. Pada tempurung itu diberi lubang dan ditancapkan  sepotong kayu. Pada bagian rongga ditutupinya dengan kulit sapi.  Terakhir, iapun mengikatkan usus sapi dari ujung potongan kayu ke ujung  tempurung. Hermespun memainkan instrumen ciptaannya itu sambil  bernyanyi. Syair nyanyiannya itu memuji kebaikan, kepintaran dan  kemurahanhati Apollo. Apollo yang semula ingin menuntut Hermes untuk  mengakui perbuatannya serta menuntut agar mengembalikan sapi-sapinyapun  menjadi luluh. Iapun mengampuni Hermes. Mereka segera membuat perjanjian  yang isinya Hermes boleh memiliki sapi-sapi itu dan alat musik buatan  Hermes itu menjadi milik Apollo. Mungkin cerita ini hanyalah simbol dari  alih budaya Creto-Helladis ke Indo-Eropa Yunani seperti penjelasan  Graves. Kita sulit untuk melihat kisah ini sebagai asal usul instrumen  lyra yang sebenarnya. Terlepas dari semua itu, kita tahu bahwa terdapat  instrumen lyra pada bangsa Yunani kuno. 

Gambar:Kissar, instrumen seperti lyra yang masih digunakan di beberapa tempat di Afrika Utara hingga sekarang.
 
 
Ada yang menyebutnya Lyra, ada juga yang menyebutnya Khitara.Ada juga dugaan dimana ide awal dari instrumen gitar  berasal dari bunyi tali pada busur panah. Kemudian diberi kotak suara  atau resonator agar suaranya lebih keras, selain tali (senar) yang  ditambahkan. Alasan ini dapat dimengerti kalau kita melihat  bentuk-bentuk instrumen berdawai kuno di bawah ini.
Instrumen tertua yang bentuknya mirip gitar terdapat  pada objek arkeologi di Alaya Huyuk yang berasal dari tahun 1400 SM.  Pada relief tersebut dapat dilihat seorang musisi Hittite sedang  memainkan alat musik yang lebih mirip instrumen gitar daripada instrumen  tanbur. Nama sesungguhnya tidak dikenal, karena itu sekarang hanya  dikenal dengan nama gitar hittite saja.

Gitar Hittite Sedang tanbur merupakan instrumen petik yang pada  awalnya berkembang di Persia sekitar tahun 1400 SM. Instrumen ini  memiliki badan seperti mangkuk dan papan suara yang terbuat dari kulit.  Sebutan-sebutan lain untuk instrumen ini berdasarkan jumlah dawainya.  Disebut setar jika berdawai tiga dan disebut chartar jika berdawai empat  ('se' berarti tiga, 'char' berarti empat dan 'tar' berarti dawai).

Tanbur dari tahun sekitar 2500-1500 Sebelum Masehi 
Tar dari Persia 
Tanbur modern Tanbur juga berkembang di Yunani sekitar tahun 300 SM.  Sekitar tahun 300M bangsa Romawi mengembangkan tanbur model mereka  sendiri dengan ide tanbur Yunani. Menurut Maurice J.Summerfield tanbur  Yunani maupun Romawi merupakan instrumen yang berdawai empat (chartar).  Tanbur Yunani dan Romawi ini dianggap sebagai kelanjutan dari tanbur  Persia dan “gitar Hittite”. Seperti telah disinggung di atas, kata gitar  dengan tanda kutip digunakan karena nama sebenarnya dari instrumen itu  tidaklah diketahui.Tidak ada informasi nama pada relief di Alaya Huyuk.
Jadi perkembangannya kira-kira demikian:
Gitar Hittite ---> Tanbur Persia ---> Tanbur Yunani ---> Tanbur Romawi
Tanbur Romawi ini selanjutnya berkembang menjadi  guitarra morisca dan guitarra latina. Ilustrasi dari instrumen-instrumen  ini dapat dilihat pada dokumen Cantigas dari Alphonso yang Arif, tahun  1270. Cantigas ini merupakan nyanyian puji-pujian bagi Perawan Suci  serta mujizat-mujizatnya. Dari nama guitarra Morisca kita sudah dapat  menduga bahwa gitar ini berasal dari bangsa Moor. Bentuknya seperti  almond (biji dari sejenis buah persik), sedang bagian belakangnya  seperti perahu terbalik. Papan jarinya lebar dan pada papan suaranya  terdapat beberapa lubang suara.


Guitarra Morrisca Repro Berlainan dengan guitarra morisca, guitarra latina  mempunyai bentuk yang berkeluk kedalam. Bagian belakangnya rata, serta  umumnya hanya mempunyai sebuah lubang suara pada papan suaranya.

Guitar Latina

Sebelah kiri guitarra Latina dan yang di kanan guitarra Morrisca Dapat dilihat bahwa guitarra latina mempunyai bentuk  yang lebih mirip dengan gitar modern. Walaupun diberi nama latina  bukanlah berarti gitar ini berasal dari Roma, tetapi berasal dari laut  Tengah. Hal ini tidaklah mengherankan jika kita ingat pada sebuah  definisi dari abad ke 13:” Nama Latini diberikan kepada penduduk asli,  ‘settlers’ asli dan kolonis di wilayah-wilayah yang telah diduduki oleh  bangsa Barbar”. Dalam prakteknya guitarra latina digunakan untuk bermain  iringan, sedang guitarra morisca untuk bermain melodi.
Sebelum  kita lanjutkan dengan instrumen lainnya, ada baiknya jika kita  menyinggung terlebih dahulu tentang asal-usul kata gitar. Dan dengan  jujur haruslah diakui akan kesimpang-siurannya. Mungkin saja gitar  berasal dari kata Ketharah atau Cetharah, alat musik dari bangsa  Asyiria. Atau mungkin juga dari kata setar, sitar, cithara yang dapat  diartikan sebagai instrumen berdawai tiga. Selain itu ada juga yang  berpendapat bahwa gitar berasal dari kata chartar, instrumen yang  berdawai empat. Salah satu hal yang menguatkan pendapat ini ialah  kesamaan jumlah dawai antara chartar dengan guitarra morisca maupun  latina. Guitarra morisca mempunyai empat dawai berganda sedang guitarra  latina mempunyai empat dawai tunggal.
Kita juga harus  berhati-hati untuk istilah-istilah seperti guitarra, guiterne, gitern  dan sebagainya dalam konteks sebelum jaman Renesans. Istilah ini  seringkali digunakan untuk instrumen yang pada jaman Renesans disebut  mandora. Mandora merupakan instrumen lute yang ukurannya sangat kecil.  Disisi lain, sebuah instrumen yang seperti gitar sering disebut viola,  atau dalam bahasa Spanyol disebut Vihuela. Viola ini juga mempunyai arti  yang umum, yaitu semua instrumen berdawai baik yang dimainkan dengan  alat penggesek, dengan plectrum, maupun dipetik dengan jari.

Vihuela Terlepas dari kesimpang-siuran asal-usul kata gitar,  akhirnya pada abad ke 16 kata guitarra sudah meluas digunakan sebagai  nama instrumen yang berdawai empat berganda di Eropa. Sudah tentu  terdapat perbedaan-perbedaan kecil seperti guitarra di Spanyol, guiterne  atau guiterre di Prancis, gittern di Inggris, chitarrino atau chitarra  di Itali dan quinterna atau gitarre di Jerman. Seperti telah disinggung  di atas, nama yang digunakan di Portugis cukup berbeda yaitu Violao.

Gitar zaman Renesans yang memiliki 4 dawai berganda Instrumen petik lainnya yang mempunyai peranan penting  dalam perkembangan gitar ialah lute. Kita ingat bahwa pada tahun 711  bangsa Arab datang ke Spanyol untuk penyebaran agama Islam. Pengaruh  bangsa Arab pada budaya spanyol umumnya, musik khususnya tidak dapat  dikatakan kecil. Sekarangpun pengaruh Arab masih sangat terasa pada  musik flamenco.
Bangsa Arab membawa alat musik yang mereka  namakan al’ud, alat dari kayu. Ada kemungkinan penamaan ini merupakan  upaya untuk membedakan al’ud dengan instrumen lainnya yang mempunyai  papan bunyi dari kulit, seperti keluarga tanbur, ataupun badan yang  terbuat dari labu air. 

Al'ud Ada kemungkinan bangsa Arab bukanlah penemu instrumen  ini. Mungkin saja lute ini berasal dari tempat yang sama dengan “gitar  hittite”. Pada salah satu relief itu juga menggambarkan seorang pemain  lute (?) bersama-sama dengan sekelompok pemain sulap, termasuk seorang  pemain ular, dua akrobatis dan ada seorang lagi dengan monyetnya.  Kalaupun kita mau jujur, instrumen yang dipegang musisi itu lebih mirip  dengan bentuk jam pasir selain mempunyai tujuh buah fret.
Hal  yang lebih pasti bahwa di Mesir pada jaman Hyksos terdapat instrumen  yang sangat mirip dengan lute. Instrumen yang dikenal dengan sebutan  nefer ini memegang peranan penting dalam kehidupan musik di sepanjang  sungai Nil itu. Dengan ditemukannya beberapa contoh asli di kuburan  mesir, maka sekarang kita dapat mengetahui konstruksi instrumen ini  dengan lebih pasti.
Bangsa Yunani mengenal instrumen seperti lute  dengan sebutan pandoura atau pandouros. Kemungkinan kata pandoura  berasal ini berasal dari kata pan-tur (gesek-kecil). Instrumen yang  diimpor dari Asia Barat ini akhirnya mengalami pergeseran-pergeseran  nama maupun ujud. Dari pan-tur menjadi pandoura, pandouros, pandore,  mandore, mandora, mandola, vandola dan sebagainya. Sekarang kita masih  dapat melihat “keturunannya” yang disebut mandolin maupun bandurria di  Spanyol. Gambar di bawah ini hanyalah salah satu variannya saja. 

Nantinya, pada jaman Renesans lute menjadi alat petik  yang utama di dataran Eropa, kecuali di Spanyol. Tidak berkembangnya  lute di Spanyol kemungkinan besar akibat dari usaha Spanyol dalam  mengikis pengaruh-pengaruh budaya Arab saat itu. Ada gejala yang menarik  dimana instrumen vihuela (viola) yang memiliki banyak kesamaan dengan  lute (kecuali bentuknya) berkembang secara pesat sekali di Spanyol.  Instrumen ini seakan-akan menjadi instrumen tandingan untuk lute.
(oleh: Royke B. Koapaha)